Sabtu, 24 November 2018

RAIN IN MERBABU

RAIN IN MERBABU
by Siam Fitriana

 " Aku tak pernah menyangka, kalau kamu sebaik itu denganku di saat aku hampir hilang keseimbangan.......... " 
- reina -


Januari adalah bulan awal disetiap tahunnya. Banyak yang bilang bulan itu adalah musim penghujan. Namun aku Reina, tetap nekad melakukan pendakian ke Merbabu bareng sejumlah teman. Rumah ku jadi basecamp pertama untuk kita ber lima kumpul. Karena Canny saudara yang masih sedarah denganku, Agung tetangga dekatku, Irma dan Candra tetanggaku juga. Sekitar jam 3 sore kita berangkat menuju basecamp kedua bertemu dengan teman-teman baru bagiku. Kita saling menyapa dan memperkenalkan diri.
" Aku Reina " ucapku dengan senyuman ramah
" Rafqi " " Andhika " ucap mereka sembari berjabat tangan denganku dan juga yang lainnya.

Tak perlu menunggu waktu lama kita semua lanjut menuju basecamp Merbabu. Dalam setiap perjalanan memang tidak selamanya mulus dan lancar. Kita semua diguyur oleh hujannya Januari.  
" Bagaimana nih lanjut gak ? " celetukku waktu itu
Sedangkan group WhatsApp pendakian sedang ramai dibincangkan bagaimana baiknya. 
" Kita tetep harus nemuin Amri dan kawan-kawan yang sudah menunggu di plang Magelang " ucap Rafqi waktu itu

Tanpa pikir panjang kita lanjut dan sungguh takjub langit menahan hujannya kembali. Kita semua bertemu sama Amri dan kawan-kawannya. Disini aku kenalan lagi, karena mereka asing bagiku.
" Halo namaku Amri " ucapnya mengulurkan tangan
" Aku Reina " jawabku tersenyum dilanjut berjabat tangan dengan mereka bertiga
"  Namaku Ridho  "
" Namaku Dilan " ucapnya yang membuatku bergidik

Memang saat itu lagi trend nya film Dilan 1990 dan di group WhatsApp aku selalu memposisikan sebagai Milea. Sangat konyol nama profil orang ini menjadi Dilan. Nama aslinya Danu.
" Hahahahaha " ketawaku sangat lepas saat itu

Kita semua sudah memutuskan bertemu dengan yang lainnya di basecamp Merbabu. Semakin masuk dalam dunia berkabut semua semakin suram. Hujan turun lagi menyelimuti kita dalam perjalanan. Karena sangat gelap dan tak terlihat jalan kita semua berhenti didaerah wisata Ketep. Dan itu sinyal tidak ada sama sekali.
" Kita tunggu sebentar, semoga kabut segera sirna ya " celetukku
" Iya bener " tambah Canny
" Itu mba Indri sama Arum dan temennya sampai mana ? " tanya Irma yang sedari tadi tak kudengar suaranya
" Mereka mau langsung ke Grenden katanya " ucapku

Grenden adalah basecamp awal yang kita semua setujui untuk menapaki Merbabu.
Cuaca sudah lumayan membaik. Motor yang tak ku hitung melaju menemani kita. Menaiki jalan aspal yang diselimuti kabut tebal. Jalannya naik terus sampai ke sebuah tulisan Wisata Grenden.
Namun jalur ini masih non legal. Tidak ada asuransi jika terjadi apa-apa.
Disitu kami bertemu dengan Indri, Arum dan satu temennya cowok.
" Oh ini mba Indri " celetukku
" Iya Rein, ini temenku Arum itu " ucap Indri
" Disana itu Rein, Arka namanya " jawabnya sembari menunjuk temennya yang memang sedang bergurau sesama cowok.
Aku hanya melihat sekilas saja, posisi masih gerimis.
" Eh, ini si Maik bilang ganti basecamp aja. Yuk cus " ucap Indri
" Em Suwanting aja " celetukku
" Iyaaaa " ujar si Arka tiba-tiba

Kita semua menuju ke basecamp Suwanting. Intinya kita puter balik. Memasuki gang Suwanting. Setelah sampai di basecamp aku  menunggu si Maik dan 2 kawannya datang. Tak lama kemudian mereka datang. Maik, Tri dan yang satu aku belum kenal.
" Aku Faisal " ucapnya mengenalkan diri dan kita semua jadi akrab
Tapi ada satu yang dari tadi orangnya jutek sekali.
" Apa - apa Maik, yang katanya suhu " bisik nya ke Arka yang tak kudengar jelas

Setelah berkumpul dan berdoa keselamatan bersama pemandu yang begitu baik. Kita semua pelan - pelan menaiki tanjakan gunung Merbabu. Memang sudah malam kita naik itu. Rombongan kita lumayan banyak. Sampai aku tak sadar siapa yang selalu ada dibelakang ku. Aku fokus yang didepan, iya Maik sama Faisal.
" Ih tungguin mas " protesku saat itu
" Iya ini loh kita terangin " jawab Faisal dari depan
Mereka berdua itu jalannya cepat sekali makanya aku selalu manggil dan teriakin mereka.
" Ayoooo " ujar Faisal didepanku
Aku toleh kebelakang ada Maik saat itu mau sampai ke pos 1, belakang nya Canny.
" Apa, udah ayoooo aku dibelakang mu " ucapnya
Dalam hatiku layaknya putri ada yang mengawal depan belakang. Kadang aku senyum-senyum sendiri.
" Nah udah sampai pos 1 " ucap Faisal
" Ini ? " tanyaku
" Iyaa " jawab Maik

Kita semua tidak istirahat lama, disitulah aku sebenarnya paling heboh dan rame.
Saling pada di lirik juga aku cerewet banget orangnya.
" Ayolah lanjut " pintaku
" Bentar lagi " jawab Maik
" Pokoknya aku pengen cepet sampai dan tidur dalam tenda .......... " celotehku yang berhasil dipatahkan Arka
" Bawel kau ?! " protesnya mengarahku
" Terserah aku lah hem " jawabku dengan muka cemberut
" Sudah jangan cemberut, lanjut yok keburu subuh " ucap Danu pelan dengan mengawali beranjak
" Wah ha ini Dilan nya beraksi " ujar Rafqi diikuti tatapan yang lain
" Dilan ? " ucap Arka dan Maik hampir barengan
" Alah udah yok lanjut " celetuk Arka tiba-tiba

Menapaki tangga kehidupan layaknya mendaki sebuah gunung, memang perlu perjuangan untuk mencapai puncak. Seketika hujan deras mengguyur kita, mantel harus dipakai pada saat seperti ini. Tanpa lelah kita lanjut terus, hujan badai kita terjang.
" Allahu Akbar ?! " aku terus merangkak untuk melewati jalan terjal ini
Sudah tidak terbayang, pandanganku hampir kabur. Tas gunung yang aku bawa sangatlah berat bagiku saat itu. Aku hanya terus bisa merangkak dan menyebut.
" Allahu Akbar ?! "
Teman - teman ku yang dulu sudah tak terlihat. Yang dibelakang cukup jauh. Aku sudah pasrah air hujan ini benar-benar mengguyur ku tanpa ampun.
Byurrrrr byuurrrr bresss bresss deras sekali hujan ini.
 Harus kuat kamu Rein ' dalam hatiku terus menerus mencoba menyemangati diri sendiri. Sembari terus merangkak, terus juga ku sebut nama sang Pencipta Alam.
" Allahu Akbar ?! "
Aku terpeleset berkali-kali " Aaaw " jeritanku terdengar pelan
Saat ku sudah sangat sulit untuk naik, ada tangan yang mendorongku.
" Ayoooo "
Aku tak tau siapa dia. Yang jelas kini aku merasa ada temannya. Sekejap aku menoleh.
" Arka " ucapanku sudah lemah sekali
" Pucat sekali sih kau " ujarnya
" Gapapa kok " jawabku sembari merangkak naik lagi
" Hem, sudah berkali-kali aku lihat kamu terpeleset. Mana yang katanya jagain kamu. Apa-apa dia mana ? " ucapnya begitu beringas
" Udah sini tak bawain tas nya. Bentar lagi sampai " ucapnya
" Tapi ? " celetukku
" Alah udah " ucapnya langsung narik tasku dibawanya
Aku ikutin si Arka dan akhirnya sampai pos 2 katanya dan mendengar suara Maik.

" Kita pasang tenda disini dulu, lihat cuaca kalau bagus besok kita lanjut  " ucapnya
Tak lama kemudian tenda jadi. Tapi baju kita semua basah. Semua bajuku di tas juga basah.
" Yaaah terus bagaimana ? " ucapku pada yang setenda
" Nanti bentar lagi kering kok Rein " ujar Indri
" Eh ada yang belum kebagian tempat tidur. Tendanya gak cukup jika masang satu lagi " teriakan salah satu cowok dalam luar
" Siapa ? " tanya Arum
" Aku " jawabnya
Aku tak asing dengan suara ini.
" Arka ? Ya udah sini aja cukup kayaknya aku juga sama Arum belum tentu tidur kok " jawab Indri
 Ha ? ' ibaku mendengar Indri bilang Arka mau tidur di satu tenda cewek ini. Dia masuk. Dia menatap ke arahku, tanpa ku menatapnya.
" Tenang saja Rein ada kita " ucap Indri diikuti anggukan Arum

Sementara ketiga cewek sudah tidur, aku dan mereka bertiga belum tidur. Ya Arka, Indri dan Arum. Arka duduk tepat di sampingku. Aku hiraukan. Mataku sudah lelah sekali mendengar kan cerita mereka.
" Hayo Arka jo mulai modus " peringatan Indri dijatuhkan ke Arka saat memandangiku
" Udah Rein kamu sini sini, bobok sama aku " ujar Arum
Aku mencoba memejamkan mata namun masih ketahuan kalau belum tidur.
" Ahahahhahahahha alah belum tidur e " ledek Arka
" Arka jangan ganggu kasian dia biar istirahat " ujar Arum
Akhirnya aku duduk lagi menatap Arka dan dia juga sedari tadi menatap ku.
" Kamu tau tadi kalau gak ada aku gimana ? apa kamu bisa disini ? Hem ? " celotehnya
" Iya makasih " lontarku
" Gitu aja makasih nya ? " protes nya
Aku menatap ke arah Indri dan Arum, mereka hanya menaikkan bahu. Arka masih menatapku tanpa henti.
" Aku tak pernah menyangka, kalau kamu sebaik itu denganku disaat aku hampir hilang keseimbangan....... " celotehan ku dihentikan tangan Arka
" Hem udah yang penting kamu selamat " ucapnya
" Ehem ehem " celetuk Indri dan Arum
" Tidur sekarang " Arka menyuruhku tidur
Kupejamkan mata ini.  Sepintas aku dengar obrolan mereka.
" Reina  gadis yang beda " ucap Arka semu waktu itu
Sepanjang malam tidurku diselimuti hujan gerimis Merbabu ini.

Pagi mengubah gelap menjadi terang, namun langit masih saja beku untuk menghangatkan alam ini.
Ada beberapa pendaki yang turun melewati tenda kami dan salah satu berkata bahwa atas badai.
" Udah kita tidak usah naik ya ada badai " ujar Maik yang jujur buatku kecewa
" Yaaah " gusar ku
" Besok kesini lagi kan gampang " ucap Faisal
" Ya sudah yang penting kita makan dulu aja " ucap Maik yang pagi itu bantuin aku dan Canny memasak dengan yang lain.
Seru sekali kebersamaan ini. Pakai kertas minyak dijajar membentuk meja. Tinggal tumpahkan aja semua makanan disitu. Dan makan bareng.
Setelah makan kita semua merapikan tempat dan turun gunung. Tak ada alasan lain untuk melanjutkan.
Kita turun, aku sudah payah sekali. Tanpa bisa ngerem langkah, aku jadi tak bisa menyeimbangkan tubuh. Hampir saja mau terpeleset, tapi berhasil ditolong Amri. Sampai di gerbang Merbabu kita semua bertemu.
" Mana Maik ? " tanyaku
" Maik mulu " celoteh Arka memandang ku sepintas
Maik muncul dari bawah " hem kenapa lama sekali kalian " ucapnya
" Tas nya sini " sahut Maik dan membawakan tas gunung yang sedari tadi nempel di punggung ku
Aku jalan ditengah jalur, langsung ditarik Maik biar tidak menghalangi pendaki lain.
" Ciee " seru yang lain kecuali Arka.
Arka langsung  melewati kami tanpa permisi. Lari begitu saja.

" Kenapa tuh Arka " ucap Indri
Semua menaikkan bahu tanda tak tau. Sementara aku hanya berkedip.
" Udah yuk turun " ujar Maik
Aku masih bingung dengan sikap Arka, yang sepertinya marah.
Dalam hatiku hanya bisa berbicara.
Reina kamu harus buka mata hati kamu, banyak cowok yang ingin diharapkan olehmu layaknya Maik. Suara hatiku berkutik diiringi hujan yang masih menjatuhkan air ke bumi Merbabu.

- bersambung .......... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RAIN IN MERBABU

RAIN IN MERBABU by Siam Fitriana  " Aku tak pernah menyangka, kalau kamu sebaik itu denganku di saat aku hampir hilang keseimba...