Sabtu, 24 November 2018

RAIN IN MERBABU

RAIN IN MERBABU
by Siam Fitriana

 " Aku tak pernah menyangka, kalau kamu sebaik itu denganku di saat aku hampir hilang keseimbangan.......... " 
- reina -


Januari adalah bulan awal disetiap tahunnya. Banyak yang bilang bulan itu adalah musim penghujan. Namun aku Reina, tetap nekad melakukan pendakian ke Merbabu bareng sejumlah teman. Rumah ku jadi basecamp pertama untuk kita ber lima kumpul. Karena Canny saudara yang masih sedarah denganku, Agung tetangga dekatku, Irma dan Candra tetanggaku juga. Sekitar jam 3 sore kita berangkat menuju basecamp kedua bertemu dengan teman-teman baru bagiku. Kita saling menyapa dan memperkenalkan diri.
" Aku Reina " ucapku dengan senyuman ramah
" Rafqi " " Andhika " ucap mereka sembari berjabat tangan denganku dan juga yang lainnya.

Tak perlu menunggu waktu lama kita semua lanjut menuju basecamp Merbabu. Dalam setiap perjalanan memang tidak selamanya mulus dan lancar. Kita semua diguyur oleh hujannya Januari.  
" Bagaimana nih lanjut gak ? " celetukku waktu itu
Sedangkan group WhatsApp pendakian sedang ramai dibincangkan bagaimana baiknya. 
" Kita tetep harus nemuin Amri dan kawan-kawan yang sudah menunggu di plang Magelang " ucap Rafqi waktu itu

Tanpa pikir panjang kita lanjut dan sungguh takjub langit menahan hujannya kembali. Kita semua bertemu sama Amri dan kawan-kawannya. Disini aku kenalan lagi, karena mereka asing bagiku.
" Halo namaku Amri " ucapnya mengulurkan tangan
" Aku Reina " jawabku tersenyum dilanjut berjabat tangan dengan mereka bertiga
"  Namaku Ridho  "
" Namaku Dilan " ucapnya yang membuatku bergidik

Memang saat itu lagi trend nya film Dilan 1990 dan di group WhatsApp aku selalu memposisikan sebagai Milea. Sangat konyol nama profil orang ini menjadi Dilan. Nama aslinya Danu.
" Hahahahaha " ketawaku sangat lepas saat itu

Kita semua sudah memutuskan bertemu dengan yang lainnya di basecamp Merbabu. Semakin masuk dalam dunia berkabut semua semakin suram. Hujan turun lagi menyelimuti kita dalam perjalanan. Karena sangat gelap dan tak terlihat jalan kita semua berhenti didaerah wisata Ketep. Dan itu sinyal tidak ada sama sekali.
" Kita tunggu sebentar, semoga kabut segera sirna ya " celetukku
" Iya bener " tambah Canny
" Itu mba Indri sama Arum dan temennya sampai mana ? " tanya Irma yang sedari tadi tak kudengar suaranya
" Mereka mau langsung ke Grenden katanya " ucapku

Grenden adalah basecamp awal yang kita semua setujui untuk menapaki Merbabu.
Cuaca sudah lumayan membaik. Motor yang tak ku hitung melaju menemani kita. Menaiki jalan aspal yang diselimuti kabut tebal. Jalannya naik terus sampai ke sebuah tulisan Wisata Grenden.
Namun jalur ini masih non legal. Tidak ada asuransi jika terjadi apa-apa.
Disitu kami bertemu dengan Indri, Arum dan satu temennya cowok.
" Oh ini mba Indri " celetukku
" Iya Rein, ini temenku Arum itu " ucap Indri
" Disana itu Rein, Arka namanya " jawabnya sembari menunjuk temennya yang memang sedang bergurau sesama cowok.
Aku hanya melihat sekilas saja, posisi masih gerimis.
" Eh, ini si Maik bilang ganti basecamp aja. Yuk cus " ucap Indri
" Em Suwanting aja " celetukku
" Iyaaaa " ujar si Arka tiba-tiba

Kita semua menuju ke basecamp Suwanting. Intinya kita puter balik. Memasuki gang Suwanting. Setelah sampai di basecamp aku  menunggu si Maik dan 2 kawannya datang. Tak lama kemudian mereka datang. Maik, Tri dan yang satu aku belum kenal.
" Aku Faisal " ucapnya mengenalkan diri dan kita semua jadi akrab
Tapi ada satu yang dari tadi orangnya jutek sekali.
" Apa - apa Maik, yang katanya suhu " bisik nya ke Arka yang tak kudengar jelas

Setelah berkumpul dan berdoa keselamatan bersama pemandu yang begitu baik. Kita semua pelan - pelan menaiki tanjakan gunung Merbabu. Memang sudah malam kita naik itu. Rombongan kita lumayan banyak. Sampai aku tak sadar siapa yang selalu ada dibelakang ku. Aku fokus yang didepan, iya Maik sama Faisal.
" Ih tungguin mas " protesku saat itu
" Iya ini loh kita terangin " jawab Faisal dari depan
Mereka berdua itu jalannya cepat sekali makanya aku selalu manggil dan teriakin mereka.
" Ayoooo " ujar Faisal didepanku
Aku toleh kebelakang ada Maik saat itu mau sampai ke pos 1, belakang nya Canny.
" Apa, udah ayoooo aku dibelakang mu " ucapnya
Dalam hatiku layaknya putri ada yang mengawal depan belakang. Kadang aku senyum-senyum sendiri.
" Nah udah sampai pos 1 " ucap Faisal
" Ini ? " tanyaku
" Iyaa " jawab Maik

Kita semua tidak istirahat lama, disitulah aku sebenarnya paling heboh dan rame.
Saling pada di lirik juga aku cerewet banget orangnya.
" Ayolah lanjut " pintaku
" Bentar lagi " jawab Maik
" Pokoknya aku pengen cepet sampai dan tidur dalam tenda .......... " celotehku yang berhasil dipatahkan Arka
" Bawel kau ?! " protesnya mengarahku
" Terserah aku lah hem " jawabku dengan muka cemberut
" Sudah jangan cemberut, lanjut yok keburu subuh " ucap Danu pelan dengan mengawali beranjak
" Wah ha ini Dilan nya beraksi " ujar Rafqi diikuti tatapan yang lain
" Dilan ? " ucap Arka dan Maik hampir barengan
" Alah udah yok lanjut " celetuk Arka tiba-tiba

Menapaki tangga kehidupan layaknya mendaki sebuah gunung, memang perlu perjuangan untuk mencapai puncak. Seketika hujan deras mengguyur kita, mantel harus dipakai pada saat seperti ini. Tanpa lelah kita lanjut terus, hujan badai kita terjang.
" Allahu Akbar ?! " aku terus merangkak untuk melewati jalan terjal ini
Sudah tidak terbayang, pandanganku hampir kabur. Tas gunung yang aku bawa sangatlah berat bagiku saat itu. Aku hanya terus bisa merangkak dan menyebut.
" Allahu Akbar ?! "
Teman - teman ku yang dulu sudah tak terlihat. Yang dibelakang cukup jauh. Aku sudah pasrah air hujan ini benar-benar mengguyur ku tanpa ampun.
Byurrrrr byuurrrr bresss bresss deras sekali hujan ini.
 Harus kuat kamu Rein ' dalam hatiku terus menerus mencoba menyemangati diri sendiri. Sembari terus merangkak, terus juga ku sebut nama sang Pencipta Alam.
" Allahu Akbar ?! "
Aku terpeleset berkali-kali " Aaaw " jeritanku terdengar pelan
Saat ku sudah sangat sulit untuk naik, ada tangan yang mendorongku.
" Ayoooo "
Aku tak tau siapa dia. Yang jelas kini aku merasa ada temannya. Sekejap aku menoleh.
" Arka " ucapanku sudah lemah sekali
" Pucat sekali sih kau " ujarnya
" Gapapa kok " jawabku sembari merangkak naik lagi
" Hem, sudah berkali-kali aku lihat kamu terpeleset. Mana yang katanya jagain kamu. Apa-apa dia mana ? " ucapnya begitu beringas
" Udah sini tak bawain tas nya. Bentar lagi sampai " ucapnya
" Tapi ? " celetukku
" Alah udah " ucapnya langsung narik tasku dibawanya
Aku ikutin si Arka dan akhirnya sampai pos 2 katanya dan mendengar suara Maik.

" Kita pasang tenda disini dulu, lihat cuaca kalau bagus besok kita lanjut  " ucapnya
Tak lama kemudian tenda jadi. Tapi baju kita semua basah. Semua bajuku di tas juga basah.
" Yaaah terus bagaimana ? " ucapku pada yang setenda
" Nanti bentar lagi kering kok Rein " ujar Indri
" Eh ada yang belum kebagian tempat tidur. Tendanya gak cukup jika masang satu lagi " teriakan salah satu cowok dalam luar
" Siapa ? " tanya Arum
" Aku " jawabnya
Aku tak asing dengan suara ini.
" Arka ? Ya udah sini aja cukup kayaknya aku juga sama Arum belum tentu tidur kok " jawab Indri
 Ha ? ' ibaku mendengar Indri bilang Arka mau tidur di satu tenda cewek ini. Dia masuk. Dia menatap ke arahku, tanpa ku menatapnya.
" Tenang saja Rein ada kita " ucap Indri diikuti anggukan Arum

Sementara ketiga cewek sudah tidur, aku dan mereka bertiga belum tidur. Ya Arka, Indri dan Arum. Arka duduk tepat di sampingku. Aku hiraukan. Mataku sudah lelah sekali mendengar kan cerita mereka.
" Hayo Arka jo mulai modus " peringatan Indri dijatuhkan ke Arka saat memandangiku
" Udah Rein kamu sini sini, bobok sama aku " ujar Arum
Aku mencoba memejamkan mata namun masih ketahuan kalau belum tidur.
" Ahahahhahahahha alah belum tidur e " ledek Arka
" Arka jangan ganggu kasian dia biar istirahat " ujar Arum
Akhirnya aku duduk lagi menatap Arka dan dia juga sedari tadi menatap ku.
" Kamu tau tadi kalau gak ada aku gimana ? apa kamu bisa disini ? Hem ? " celotehnya
" Iya makasih " lontarku
" Gitu aja makasih nya ? " protes nya
Aku menatap ke arah Indri dan Arum, mereka hanya menaikkan bahu. Arka masih menatapku tanpa henti.
" Aku tak pernah menyangka, kalau kamu sebaik itu denganku disaat aku hampir hilang keseimbangan....... " celotehan ku dihentikan tangan Arka
" Hem udah yang penting kamu selamat " ucapnya
" Ehem ehem " celetuk Indri dan Arum
" Tidur sekarang " Arka menyuruhku tidur
Kupejamkan mata ini.  Sepintas aku dengar obrolan mereka.
" Reina  gadis yang beda " ucap Arka semu waktu itu
Sepanjang malam tidurku diselimuti hujan gerimis Merbabu ini.

Pagi mengubah gelap menjadi terang, namun langit masih saja beku untuk menghangatkan alam ini.
Ada beberapa pendaki yang turun melewati tenda kami dan salah satu berkata bahwa atas badai.
" Udah kita tidak usah naik ya ada badai " ujar Maik yang jujur buatku kecewa
" Yaaah " gusar ku
" Besok kesini lagi kan gampang " ucap Faisal
" Ya sudah yang penting kita makan dulu aja " ucap Maik yang pagi itu bantuin aku dan Canny memasak dengan yang lain.
Seru sekali kebersamaan ini. Pakai kertas minyak dijajar membentuk meja. Tinggal tumpahkan aja semua makanan disitu. Dan makan bareng.
Setelah makan kita semua merapikan tempat dan turun gunung. Tak ada alasan lain untuk melanjutkan.
Kita turun, aku sudah payah sekali. Tanpa bisa ngerem langkah, aku jadi tak bisa menyeimbangkan tubuh. Hampir saja mau terpeleset, tapi berhasil ditolong Amri. Sampai di gerbang Merbabu kita semua bertemu.
" Mana Maik ? " tanyaku
" Maik mulu " celoteh Arka memandang ku sepintas
Maik muncul dari bawah " hem kenapa lama sekali kalian " ucapnya
" Tas nya sini " sahut Maik dan membawakan tas gunung yang sedari tadi nempel di punggung ku
Aku jalan ditengah jalur, langsung ditarik Maik biar tidak menghalangi pendaki lain.
" Ciee " seru yang lain kecuali Arka.
Arka langsung  melewati kami tanpa permisi. Lari begitu saja.

" Kenapa tuh Arka " ucap Indri
Semua menaikkan bahu tanda tak tau. Sementara aku hanya berkedip.
" Udah yuk turun " ujar Maik
Aku masih bingung dengan sikap Arka, yang sepertinya marah.
Dalam hatiku hanya bisa berbicara.
Reina kamu harus buka mata hati kamu, banyak cowok yang ingin diharapkan olehmu layaknya Maik. Suara hatiku berkutik diiringi hujan yang masih menjatuhkan air ke bumi Merbabu.

- bersambung .......... 

Sabtu, 29 September 2018

G-30 S/PKI

G-30 S/PKI adalah Gerakan 30 September PKI. Apa itu ? Yuk kita kaji sama - sama. 

Peristiwa yang terjadi pada tahun 1965 ini adalah kejadian dimana tujuh perwira tinggi militer Indonesia san beberapa orang Indonesia dibunuh. Penyebabnya karena dinilai sedang melakukan kudeta. 
Apa itu kudeta ?
Kudeta dalam wikipedia disebutkan sebagai sebuah tindakan pembalikan kekuasaan terhadap seseorang yang berwenang dengan cara ilegal dan sering kali bersifat brutal, inkonstitusional berupa "penggambilalihan kekuasaan", "penggulingan kekuasaan" sebuah pemerintahan negara dengan menyerang (strategis, taktis, politis) legitimasi pemerintahan kemudian bermaksud untuk menerima penyerahan kekuasaan dari pemerintahan yang digulingkan. 

Mengerikan sekali ya ?
Namun kudeta ini bisa digagalkan. Bahkan PKI atau Partai Komunis Indonesia dituding sebagai titik balik peristiwa G-30 S/PKI ini.

What ? Apa yang terjadi sebenarnya ? 
Partai Komunis Indonesia adalah partai terbesar di Dunia dengan anggota sebanyak 3,5 juta jiwa, belum termasuk para kader PKI. Lalu yang menjadi pertanyaan nya apakah PKI benar-benar terlibat dalam peristiwa 30 September 1965 ini ?. 

Meninggalkan pertanyaan yang jawabannya masih jadi misteri ini. Mari saya ceritakan terjadinya peristiwa ini. 

Dari laman BBC News begini disampaikan.
.
.
Tanggal 30 September malam, sejumlah prajurit Tjakrabirawa pimpinan Letkol Untung bergerak menculik enam jenderal dan seorang kapten: Komandan TNI AD, Jenderal Ahmad Yani, Letnan Jenderal Suprapto, Letnan Jenderal MT Haryono, Letnan Jenderal S Parman, Mayor Jenderal DI Pandjaitan, Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, dan Kapten Pierre Tendean.
Jenazah mereka kemudian ditemukan di sebuah sumur di Lubang Buaya, Jakarta.

Panglima TNI Jenderal AH Nastion lolos, namun putrinya  
Ade Irma Suryani tewas, sementara ajudannya, Kapten Pierre Tendean, jadi korban, diculik bersama enam jenderal.Panglima Kostrad, Mayjen Soeharto bergerak cepat, memadamkan pemberontakan. 

Perburuan pada para pelaku G30S dilakukan cepat. PKI dinyatakan berada di balik gerakan pengambil alihan kekuasaan dengan kekerasan. Para tokohnya diburu dan ditangkap. 
Sebagian tokoh PKI diadili di mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub), sebagian dijatuhi hukuman mati. Ketua PKI, DN Aidit yang dituding merancang gerakan ini bersama ketua Biro Chusus PKI, Sam Kamaruzzaman melarikan diri ke Jawa Tengah, namun kemudian bisa ditangkap, dan dibunuh. 

Terjadi penangkapan besar-besaran terhadap para anggota atau siapa pun yang dianggap simpatisan atau terkait PKI, atau organisasi-organisasi yang diidentikan komunis, seperti Lekra, CGMI, Pemuda Rakyat, Barisan Tani Indonesia (BTI), Gerakan wanita Indonesia (Gerwani), dll. Sebagian terbunuh. 
Sejumlah laporan menyebut, jumlah yang dibunuh begitu saja setidaknya mencapai 500.000 orang di berbagai daerah, khususnya di Pulau Jawa dan Bali. 

Berbagai kelompok turun ke jalan, menuntut pembubaran PKI. 
Sebagian juga menghancurkan markas PKI di berbagai daerah, dan menyerang lembaga-lembaga, toko, kantor, juga universitas yang dituding terkait PKI.
Puluhan ribu orang dibuang ke Pulau Buru, dipekerjakan, tanpa pengadilan. Termasuk sastrawan yang namanya mendunia,  
Pramoedya Ananta Toer. 

Dan akhirnya, G 30 S menandai naiknya Mayjen Soeharto dan jatuhnya Presiden Soekarno. Pemerintah Orde Baru kemudian menetapkan 30 September sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S dan tanggal 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila. 

Begitu banyak versi, begitu banyak tafsir, begitu wacana. Juga begitu banyak korban, kebencian, dan saling tuding. Sampai sekarang berbagai upaya -dan niat- untuk menuntaskannya, tutup buku dari bab gelap sejarah Indonesia itu, tak kunjung berhasil. 

Ya ternyata memang mengerikan ya. 
Menurut saya pribadi peristiwa yang berlangsung lama ini memang ada sangkut pautnya dengan PKI. 
Hingga rakyat menuntut pembubaran PKI. Kejadian ini akan tetap menjadi sejarah yang belum bisa dirampungkan. Semoga sedikit ulasan dari ku bisa mengingatkan kita kembali bahwa dahulu kala ada peristiwa yang mengerikan. Sekarang kita semua generasi pemuda-pemudi bangsa tinggal menjaga agar tidak terjadi peristiwa mengerikan itu. Sejarah sangat penting bagi kita, karena kita harus ingat betul perjuangan para perwira hingga titik darah penghabisan untuk bangsa. Kini apa saja yang sudah kamu ulurkan untuk bangsa ? Mari kita renungkan. 
Hai Indonesia bangun jangan ada pertikaian antar komunitas. 

Kita ini SATU. 

Satu Bangsa. 

Satu Nusa. 

Satu Warna Bendera. 

Satu Tanah Air. 

Bhineka Tunggal Ika. 

BANGUNLAH GENERASI EMAS BANGSA !!!

SELAMAT HARI KENANG G-30 S/PKI  ! !

- pena ana -
tinta ana untuk bangsa...

Minggu, 02 September 2018

Coretan Hari BIRU



Hari biru bersiaplah untuk melaju ke dalam lanjutan cerita pertamaku. 
Pendakian kedua Wonderful Andong !  ahahaha itulah yel-yel kita untuk mencapai 1726 mdpl. 
Waktu itu hari Sabtu 18 November, kira – kira berangkat jam 5 sore apa yak. Pokoknya itu lah. 
Aku sama ponakanku, Winning. Dari Jogja hanya berdua coy, cewek lagi. But no problem, cewek strong kok. Hehe. Kita berdua melewati Ringroad tuh. Wuih keren banget pemandangan sunset nya kelihatan banget. Sumpah indah banget..banget..banget. Kita berdua sempat nyeletuk “wah kalau saja kita berangkat siang, pasti sampai puncak indah banget”, namun kita berucap dalam bahasa jawa loh ya. He. Dan kau tau? Kita harus ngambil cerrier atau tas gunung kalau kalian tidak tau guys. Ngambilnya dimana? Ya dipenyewaan lah. 
Eh salah bukan dipenyewaan. Soalnya sudah dibawakan temenku tuh namanya Farhan. Kalau kalian baca cerita sebelumnya pasti tau dia siapa. Kita meet up di RSU atau RSA sih, taulah pokoknya punya UGM. Lucu banget haha kalau kalian tau ekspresi dia saat kita datang. Biuh kesel, cemberut. Wah pokoknya jelek banget. Ada nih kata kesel dia yang masih aku ingat “ih aku itu keburu pergi juga, malah lama” dalam logat jawa dia bilang. Sampai disindir dipakai status WA loh. Hem udah kesel banget pasti itu. 
Janjinya jam berapa, datangnya jam berapa. Ya maafin kita Farhan. Tidak lagi deh. Hehe. Aku tau dia rela malam – malam jam 10an ngambilin di tempat penyewaan. Emang baik kau Farhan. Hehehe. 
Lanjut ya, aku sama Winning gas lagi menuju rumah Maikel. Kau tau banyak banget hal janggal saat kita mau menuju rumahnya. Haha kita salah jalan. Kita malah lewat Ngarjo nama tempatnya. 
Kita merasa merinding, soalnya makin masuk jalanan makin sepi dan gelap coy. “ih makin sepi dan gelap sih?” celetuk kita sesaat. Kita hanya berdua lagi. Nah peka juga mereka yang cowok-cowok nih. 
Sudah pada kumpul kan dirumah si Maikel.
Akhirnya Maikel telfon aku “heh dimana kamu? Lama banget nyampenya..tadi katanya sudah hamper sampai”. Aku bilanglah sama dia “Kita tidak tau sampai mana, pokoknya jalanan makin sepi banget Maik?!”. Dalam telfon itu, posisi kita masih terus melaju. Pesan – pesan di grub WA juga bilang jalan yang kita lewati itu bahaya. Entah aku dan Winning tidak tau, kita kan orang baru didaerah situ. 
Bener kita berdua jadi merinding dibilang kita sedang berada dalam area bahaya. Akhirnya suara Maikel yang menghentikan kita “berhenti o disitu! berhenti !” . Ya kita berdua nurut kita berhenti di depan kecamatan Tegalrejo apa Tegalharjo lupa aku. Itulah. Maikel bilang kita suruh balik cari tempat yang agak rame “balik, cari tempat yang ramai.. kita jemput”. Ya kita nemu angkringan. Sudah kita berhenti sambil makan disitu. Nungguin mereka yang mau jemput. Itu terhitung kedua kalinya aku dan Maikel ketemu loh guys. Heehe tidak penting ya, haha. Makan tuh aku sama Winning. Winning ngirim lokasi kita di grub WA. Selesai makan, Maikel telfon lagi dan menanyakan pas nya kita dimana. Aku sudah jelaskan dan dia berdua dengan mas Wisnu. Yaa orang baru nih. Baru aku kenal maksudnya. Hem sampai juga mereka didepan kita. Kau tau betapa perasaanku ketemu sama Maikel. Ya begitulah bahagia saja intinya. Cieee. 
Berempat kita aku yang didepan boncengin Winning. Mereka berdua didepan kita. 
Em setelah aku inget-inget kita tetep merinding. Aku juga belum tau banget nih sama si Maikel yang sudah aku kenal. Apalagi sam mas Wisnu, ngerokok lagi dia. Haha. Ya adlah rasa tidak percaya kepada mereka berdua. Aku mencoba mengikuti laju motor mereka. Wuss kenceng banget lajunya, sampai keringatan aku ngejarnya. Dan akhirnya aku sempat teriak juga “mas Maik jangan cepat-cepat!”. 
Ya dan laju mereka dikurangi. Gilak saja jalan naik turun belok tikungan banyak lagi. 
Laju cepat ya takut aku. Sama perjalanan ke Prau dulu ya sebelas duabelas lah. 
Bedanya dulu aku dibelakang jadi bisa sembunyi dibalik tubuh joki. Sudah sepi gelap. 
Benar banget memacu adrenalinku. Ini pengalaman pertama melewati medan seperti itu. 
Medan ya haha serasa medan perang saja. Kalau kata orang anti mainstreams. 
Aku sama Winning hanya berdoa dan mengingat masih ada Tuhan yang jagain kita. 
Sudah cuma itu saja pikiran kita.
Duh lelah juga ngetiknya. Ini aku ngetik pakai keyboard yang tidak enak lagi. 
Ah sudah lanjut saja lah ya. Tak butuh waktu lama, namun lama banget kita sampai rumah Maikel ahahaha. Hem dan kalian tau cewek cuma berdua, mbak yang satunya tidak jadi ikut pendakian ini. 
Duh dari semua cowok itu hanya Maikel yang ku kenal. Kenal saja belum dekat, orang baru kedua kali ketemu. Namun ya sudah lah aku yakin mereka orang baik. Sekitar jam 8 malam apa ya itu. Kita prepare semua.  Lima cowok dua cewek. Uhuuuu tepok jidat apa tepuk tangan guys. Daebakk. !!!
Keren pokoknya aku sama Winning. Ahahahaha.
Yeee menuju basecamp Sawit. Aku didepan lagi jokiin. Menerjang jalan berliku tajam dan uraian gerimis yang syahdu. Haha aduh bahasaku puitis ya. Hehe. Melewati juga kita sama ramainya acara sholawatan gitu. Banyak juga. Wuhh kalau kalian bisa lihat malam itu lihat Jogja indah banget. Kerlip lampu mempesona sekali. Sesampai basecamp kita parkir motor lanjut menuju lokasi pendakian. Takk!!!, sendalku lupa di jok motor. Aku lari balik lagi ke tempat parkir. Maikel agak teriak “ heh kenapa?”. Aku jawab teriak “sandal gunungku di jok”. Tanpa noleh bicara sambil lari, kayaknya bawa cerrier juga dipundakku. 
Ahahaha kecil sendiri postur tubuhku. Bodoamat lah ya. Mulai nih kita menanjak nanjak. Malam yang penuh bintang kini. Maikel menyamaiku “ortumu gimana?” tanya dia. “Tidak gimana mana” jawabku sambil terus berjalan. “Maksudnya bilang gimana kamu muncak lagi?” tanyanya lagi. “ya tidak gimana gimana, cuma suruh hati-hati, balik dengan selamat dan utuh jiwa raga” jelasku. Maikel ketawa “ahahaaha”. 
Aku sinis memandangnya “kok ketawa sih?”iba ku. Tidak apa apa kata dia. Sebel deh beneran. 
Hah huft lelah juga baru berapa mdpl.
Aku sepanjang jalan menemukan goresan tulisan dibatu. Tidak tau dan tidak mau tau yang nulis siapa. 
Kata Maikel ada nama pasti ada kejadian . Maksudnya pasti ada sebabnya ditulis disitu.
Merinding aku seketika dia bilang gitu. Soalnya posisi nih aku dari pos berapa waktu itu lupa, aku mencium bunga dan suara gamelan. Namun aku hanya diam, dan aku tidak bilang ke mereka. 
Mungkin juga ada sesuatu yang aku dengar tapi sudahlah. Aku mengingatnya saja merinding sekarang..Apalagi waktu kejadian SMA dan camping SMP wuhh ngeri kalian tidak perlu tau karena aku diganggu sama makhluk tak kasat mata wehh. Itu semua sudah lalu dan sekarang kadang masih. 
Sudahlah tidak terasa kita ber7 melihat betapa megahnya gunung Merbabu dimalam yang penuh bintang ini. Indah sekali. Mempesona sekali. Bukan bintang dilangit, tapi kerlip lampu dibawah sana dilereng gunung Merbabu. Pas banget didepan kita kalau sudah sampai puncak Andong. Heheehe. 
Keren loh. Pada mendirikan tenda aku tidak ikut haha biar cowok saja yang mendirikan. 
Dibuat berhadapan gitu tendanya. Waaa gimana yaaa haaha seru banget pasti lah ya. 
Tapi ada rasa takut juga cewek 2 saja. Sebentar deh ceritanya lanjut nanti, aku mau ke kamar mandi dulu. Hehe. Selesai… Next ya…
Saat itu pagi menyapa, ku nikmati sunrise pagi ini di gunung Andong. Cukup jauh dari tempat tinggalku. Namun aku bahagia walau tidak dapat tidur malam tadi karena kau tau. Aku sama Winning juga sempet pipis disemak-semak. Ahahaha anak gunung begitu. Dan itu ditutupin pakai kain. Ditungguin dari jauh juga sama mas Tile dan mas Aldi. Hhihihi. Lucu ya namanya. Tile. Haha. Nama aslinya bukan itu. Rizal nama aslinya. Pagi itu selain sholat ditempat terbuka, kita bersendau gurau bareng juga. Indah sekali pokoknya bahagia hari itu. Menikmati pemandangan awan yang bagus. Gunung yang menjulang indahnya. Tentu salah satu dari mereka ada yang spesial bagi aku karena aku ceritakan ini. Hehe. Hari itu kalau kalian bersamaku. Dijamin pasti bahagia banget deh.
Nikmat sekali, ditemani kopi dan roti yang dibuatin sama mas Wisnu. Kita ambil gambar. Sesuka hati kita. Rasanya tak ingin aku turun gunung. Ahahaaha. So beautiful, soalnya. Namun waktu kita bahagia bersama berhenti. Bukan berhenti sih tetapi bakal lanjut lain hari. Prepare turun gunung. Maikel membantuku mengangkat cerrier ku. “woy ketinggian!” teriakku. Dia ketawa “ahaha”. Kau tau yang lain pada bercuit “cieeeee”. Duh macam apa coba lah. Dulu pas di Prau juga di cie gegara dibantuin Maikel, sekarang iya. Soalnya aku tidak minta tapi dia yang langsung membantu. Always spesial. Eh mau cerita fotoku saat itu banyak banget loh. Masih tersimpan. Di google drive ku. Banyak sekali foto bareng. Foto yang memang aku ingin. Ada itu sekarang kalau mau lihat. Sini mampir kerumah. Aheheheh. Oh iya saat mau turun itu ternyata mas Tri sudah ikutan nyusul sampai atas. Wah istilahnya seperti menjemput. Turun turun dari puncak gunung lelah lelah sekali. Ahaha nyanyi dikit biar tidak terasa juga akungetik banyak. Jalan masih sama, medan masih sama. Tapi rasanya aku nulis ini jadi kangen waktu di Prau. Waktu itu kan hujan, kalau cerah pasti lebih indah pemandangannya dari Andong. Sudah sampai basecamp akhirnya. Aku sholat bareng yang lain juga. Selesai sholat disuruh makan. Alhasil apa makananku tidak habis, sudah banyak angin masuk dalam perutku jadi terasa tidak lapar. Waktu itu tidak nafsu banget tapi tetep aku makan sedikit banget. 
Pada dimarahin lucu tuh aku apalagi Maikel tuh, sebelum dia akhirnya ngasih makananku ke Leo. 
Dia kan disampingku deket duduknya, dia bilang “kamu gimana tidak habis” sambil kayak marahin anaknya gitu haha padal siapa dia. Ya gimana lagi ya tidak sanggup perutnya. Terimakasih ya Leo kamu sudah menghabiskan makananku. Hatursuwun. Hehe.
Lanjut kita ke perjalanan, istirahat dirumah mas Rizal dahulu. Ketemu ibunya mas Wisnu juga. 
Ternyata mereka tuh tempat tinggalnya deketan banget. Baru tau. Disambut baik, aku sama Winning oleh orang tua mereka.
Sudah dianggep kayak keluarga. Baik mereka ramah ramah. Ramah sekali bahkan Maikel dan mas Tri nganterin aku dan Winning sampai daerah Artos Mall. Mereka sangat baik. Sampai rumahpun setelah aku buka hp dan ada pesan WA dari Maikel dia bilang ‘kalau sudah sampai rumah kabarin’. Perhatian tidak sih menurut kalian dia. Bahkan sampai sekarang pun begitu sikap dia. Teman serasa sahabat. 
Aku baru buka pesan dia dirumah soalnya kenapa, ya karena hpku mati dalam perjalanan pulang tidak bisa mengoperasikan hp itu. Kau tau handphone aku apa?. Haha Andromax 4glte. Mau? Ahaha tidak dijual. Sudah banyak kenangan dengan handphone ini walau kadang tidak bisa diajak kompromi. 
Dua hari pengalaman yang begitu buat aku deket dengan orang orang yang baik. Lebih bisa dekat dengan sang Pencipta dan alam. Rasa bahagianya masih terasa hingga sekarang. Dan tetap menjadi kenangan yang indah. Next part cerita selanjutnya. Selanjutnya juga kau paham kok. Hari biru selanjutnya pasti lebih biru. Hehe. See youu readers…..

Senin, 16 Juli 2018

Kau Aku dan Prau


30 September 2017. Hari dimana aku akan memulai perjalanan ku menuju puncak Prau. 
Ku sudah siapkan segala kebutuhan ku. Hampir tidak muat tas ranselku. 
Pas dicek sama ibu ternyata bawaanku terlalu banyak. Nah bongkar lagi dikurangin barang bawaanku. Banyak cobaan yang buatku harus bersabar juga hari itu. Aku sudah ready berangkat nih. 
Tapi suruh njemput temenku yang tiba-tiba mau ikut. Dan kau tau jarak antara rumah dia sama aku. 
Jauh bro!. Tidak sejalan lagi. Hem. Mau gimana lagi coba, seseorang sudah menyuruhku untuk jemput dia. Sabar ya. Temenku yang aku jemput ini namanya Cindy. Yang menyuruhku namanya Wahyu. 
Luar biasa kok aku strong. Biarpun puasa. Hehe. Akhirnya aku sudah sampai ditempat Cindy. Sampai sana ketemu ibunya. Haha ibunya salfok sama aku. Dikiranya bukan aku. Aku sama Cindy emang Deket banget sih bro. 
Dia bukan hanya temen buat aku. Dia sahabat. Makanya aku strong jemput dia. Dari SMA sudah kenal dia. Oke lanjut ya guys. Setelah itu aku sama Cindy langsung menuju tempat bertemu para pendaki Jogja khususnya. Ya kali ini kita tambah personil Winning namanya. Dia masih saudaraku. Anak dari kakakku. Hihihi. Saat kita caps eh grub Wa rame. Ada yang minta tolong ke kita bertiga buat ngambil jaket yang mau dipinjam temen kita. Hem cobaan lagi kita harus mampir dulu ke Altar. Orang yang mau minjemin jaket namanya mas Wiki. Ealah. Sampai altar bukannya ketemu. Kita harus muter dulu nyari Golden Chicken 
Jl. Ibu Ruswo. Kita sudah saking sabarnya itu. Sampai juga di Golden Chicken tempat makan itu. 
Tidak langsung ketemu mas Wiki kita nunggu dulu. Beberapa menit kemudian baru muncul mas Wiki nya. "Ini mba" dia bilang begitu sama aku sembari nyodorkan jaket sama banner komunitas kita. Ya komunitas Hitchhiker Nusantara. Keren kan. Ahahah. Oke next. Setelah itu tanpa ada konfirmasi ternyata kita suruh jemput temen kita lagi yang mau jokiin Winning. Luar biasa lagi tempatnya di daerah Ringroad paling barat. Jl. Purworejo - Magelang apa ya. UGM Hospital. Itulah pokoknya. Temen kita nih namanya Farhan. Huh saat kita sudah sampai eh ternyata dia baru konfirmasi kalau dia udah di Jombor. Tau kan mana itu. Kalau orang Jogja pasti tau. Ya disana sudah ada Wahyu, Bambang dan juga Farhan. Sampai sana mukanku sudah kesel banget sumpah. Cemberut aku. Si Wahyu langsung nyuruh aku mendekat. "Sini!?" kata dia sambil senyum senyum. "Apa?!" aku bilang. "Ih gitu aja ngambek marah lah"kata dia sembari mau nyentil jidatku tapi ga kena. "Siapa juga yang marah, wle" kataku menutup pembicaraan. Beberapa menit kemudian kita berangkat menuju Salaman awalnya mau ketemu anak yang lain. Seperti mas Rayhan, mba Anin, mba Yuliana, mba Annisa. Tapi waktu sudah magrib. Jadi langsung gas Alun-alun Wonosobo kita untuk mepo nya. Katanya personil kita 2 orang mas Maikel dan mas Tri sudah menuju ke tempat itu. Huh luar biasa jalan yang kita tempuh menuju Wonosobo. Jalan naik turun berkelok terjal. 

Walaupun aku dijokiin mas Wahyu. Tapi tetep senam jantung melihat jalannya. Farhan sama Winning dan Cindy sama mas Bambang. Mesra ya pada boncengan ahahah. Beberapa jam kemudian kita sampai di alun-alun Wonosobo. Langsung mas Wahyu contact temen kita yang dari Wonosobo. Yap mas Pipu dan mas Yasin. Mereka sekilas mirip loh wajahnya. Bedanya mas Pipu ada lekuk pipinya. Akhirnya mereka dateng. Kita sudah ber10 di alun-alun Wonosobo. Tinggal nunggu cewek2 dari Solo sama mas Rayhan. 
Kenalan kita disana dan kebanyakan manusia memanggil ku musiman. My God. Namaku bukan itu. Huhuhu. Lama juga nunggu anak dari Solo. Hujan turun lagi Hem kita diajak berteduh dulu akhirnya di seberang. Disebuah bangunan gereja tua. Aku, Winning, Farhan, mas Bambang, mas Yasin yang berteduh. 
Cindy ngobrol sama mas Tri malah. Aku sama Winning merasa hawa beda loh ditempat itu. Hem gimana gitu. Pax! Eh malah helm nya Winning jatuh copot kacanya. "Coba sini tak benahin mba" ucap mas Yasin. Helm itu dipegangnya dan dibenahinya namun susah ya keliatannya. Akhirnya mas Bambang bantuin. 
Wah ga lama kemudian jadi juga helm Winning. 2 orang loh yang benahin. Eh saat aku dan yang lain bersantai kan ya. Ada yang nongol dari seberang. 2 orang cowok cewek. " Oh Cindy sama siapa tuh?" tanyaku. "mas Rayhan po ya?" jawab Winning. Ternyata iya. Mereka langsung mendekati kita. "Farhan mana?"langsung bilang begitu mas Rayhan. "tidur tuh" ucapku sama Winning hampir barengan. Ahahah tu bocah dari berteduh tadi langsung bisa tidur. Ealah. Tanpa disangka "eh itu apa sih?" Cindy mengagetkanku sama Winning. Ada seekor hewan aneh diatas genteng itu. Mata kita melotot "ih apasih itu" ucapku sedikit merinding sih. "Apasih mba?" ucap mas Yasin. "Coba liat deh mas itu" kataku. Lalu mas Yasin melihat dan bilang kalau itu merpati. Hah merpati kok gitu bentuknya.
Hem ya udah lah ya dari pada tambah merinding ga usah diliatin lah. Aduh gawat aku sama Winning kebelet pipis. Eh kencing. Muter2 nih aku sama Winning. Mengitari tempat itu yang membuat kita jadi merinding. Dan nyerahin ga ada toilet. Huft. Tak lama kemudian kita balik ditempat tadi dan coba memejamkan mata. Baru saja aku Winning dan Cindy memejamkan mata. Udah disuruh ke sebrang lagi. Cewek dari Solo sudah datang. Mba Anin, mba Annisa dan mba Yuliana sudah tiba. Kita semua yang berteduh langsung bergegas. Oh iya kelupaan ceritanya sebelum kita berteduh tadi kita ada kisah unik loh. Bertiga makan satu mangkuk kecil buat buka puasa. Iya aku Winning sama Cindy. Ahahah. Hem lucu kan. Ga pake lama lalu kita semua siap menuju basecamp Patak Banteng. Ya itu salah satu akses jalan menuju mau muncak ke Prau. 
Ngeng ngeng.... Berapa motor ya lupa. Pokoknya banyak. Oh ada 8 ya 8 motor melaju. Itu jam sudah menunjukkan hampir tengah malam. Dijalan tiba-tiba ada yang telfon dihp mas Wahyu kan. Nah pas dijalan, akhirnya yang angkat aku. Oh ternyata dari mas Muzaki. Tanya sampai mana. Udah selesai telfon akhirnya kita semua nunggu mas Muzaki itu hem ternyata dia bawa ceweknya siapa ya. Istri atau pacarnya ga tau lah ya. Namanya lupa aku hehe. Pokoknya orangnya agak gembul. Hihihi. Oke lanjut cus ke basecamp. Luar biasa diperjalanan kita diselimuti kabut. Saat mau jalan eh aku dan mas Wahyu suruh duluan. Yang terakhir mas Tri sama mas Maikel. Tak lama kemudian sampailah kita dibasecamp Patak Banteng. Nitip helm dulu sama motor. Nah pas disitu mulai perdebatan ku sama mas Maikel. Aku tanya sama mas Tri "mas sbku udah kan?". Sebelum mas Tri jawab mas Maikel jawab "sampun." Oke lanjut setelah itu aku kan bawa galon tangan kanan. Nah mas Maikel langsung ngasih sb(slepping bag) suruh bawa. Awalnya satu " nah gini mba biar adil tangannya bawa semua, eh satu lagi biar imbang" kata dia. "Ih, Oh gitu ya mas bagus bagus" ucapku sedikit nb jengkel unch. Ahahah jengkel unch gimana ya. Ah udah pokoknya itu. Kita ngumpul dibasecamp akhirnya. Depanku mas Maikel. Somplak dia. Istirahat sebentar langsung sekitar set 2 dini hari tanggal 1 Oktober kita lanjut muncak. Udah pada jalan kan beranjak dari basecamp. Eh mas Maikel cari jalan sendiri. Dikira kan jalan dia bener dan kita balik nih mau ngikutin dia. Eh dia balik ke jalan yang kita beranjak tadi. "O pancen" aku bilang. "Ahahah ben ra ditinggal e aku"kata dia biar ga kita tinggalin. Makanya cari sensasi. Dasar tuh orang. Berangkat deh kita berdoa bareng dulu baru muncak. Ih jalannya luar biasa. Menuju pos 1 saja penuh perjuangan guys. Jalannya berbatu.  Tapi aku Winning sama Cindy sama mas Yuliana selalu bisa dibelakangnya yang paling terdepan. Yaps mas Pipu, Yasin, Maikel, Bambang. 
Bener jalannya menguras air minum kita. Ahahah. Dikit dikit break saat itu mba Yuliana tertinggal dari kita bertiga cewek2. Nah saat melewati jalan terjal itu kita mulai lelah. Kita istirahat dulu. Entah itu pos berapa nah. Aku kan duduk disampingnya mas Maikel. Dia bilang aku modus. Ih langsung deh menjauh aku. 
Cindy ketawa. Ahahah. "Siapa juga yang modus orang sini terdekat untuk keluar dari pos"kataku. Tak lama istirahat kita lanjut ke Pos hampir akhir. Pas dijalan yang berlubang tuh aku susah naik nih. Eh tiba tiba ada yang ngulurin tangan. Iya mas Maikel ternyata. Ya sudah kugapai tangan dia dan akhirnya bisa naik. "Cieee" langsung pada sorakin. "Modus Maikel" ada yang bilang begitu juga. "Cetho" mas Maikel jawab kek gitu malah. Bersyukur aku ada yang bantu naik. Sudah mulai menuju puncak suara adzan terdengar. Kita semua terus bergegas biar cepat sampai puncak. Huh sampai juga malah langsung pada tepar. Mas Pipu sama mas Maikel nyari tempat buat ndiriin tenda. Aku menikmati pandangan langit yang penuh bintang. Wah Subhanallah ciptaanMu Tuhan. Luar biasa indahnya bisa melihat diatasnya langsung begini. Beralaskan bukit lagi. Hum. Tak lama dapat tempat dan kita digiring kesana. Sampai sana duduk lagi dulu yang ndiriin tenda mereka cowok2. Strong banget mereka pokoknya. Selesai semua perlengkapan aku dan Winning sholat subuh dahulu. Iya dibawah paparan langit beralaskan mantel hijau diatas rumput lembah bukit itu. Kita berdua memanjatkan doa kepada Illahi. Dengan wudlu air aqua secukupnya. Subhanallah pertama kali merasakan sejuknya alam Mu yang sunyi ini. Selesai gantian yang lain. Hem sebelum tidur kita melihat bunga yang tumbuh disekitar tenda. Kecil mungil indah. "Aduh kebelet aku" Cindy bilang begitu. Dan aku sama Winning pun merasakan hal yang sama. Kuberanikan diri bertanya sama mas Pipu. "Mas disini ga ada toilet?". Sebenernya pertanyaan yang konyol sih dari kita bertiga. Tapi kan lebih baik tanya. " Ga ada mba, kenapa emangnya?" ucap mas Pipu. Diserbu pertanyaan orang lain "mau buang air?" "kecil apa besar" sembari pada ketawa gitu ih. "disemak-semak aja mba" seru lainnya lagi. Waduh kita bertiga ketawa juga. Aduh cari tempat ini. Mas Muzaki mau minjemin sarung buat nutupin ahaha. Kita muter mencari tempat yang ga keliatan orang. Sebelum buang air kita bertiga clingak clinguk sambil ketawa bertiga. Ada yang ngeliat dari atas bukit pada berjajar gitu. Aduh tapi ga keliatan kok. Cuma liat kita disana . Mungkin mereka pikir 'ngapain merdeka' ahahah bum bum akhirnya selesai kita mengeluarkan air. Wkwkwk. Butuh perjuangan dan kewaspadaan. Ini nih pengalaman yang ga bisa aku lupa unik unik konyol gimana gitu. Hem selesai waktunya kita tidur. Pakai SB yang dipinjemin mas Tri. Asek. Ya lumayan lah ga dingin banget lah ya. Sesaat banyak orang berlalu lalang yang melewati tenda kita. Tenda hijau yang penuh kesejukan. Mata terpejam sebentar. Aku dan Winning bangun saat mba Anin sudah pergi ga tau kemana. Kita berdua akhirnya jalan jalan naik bukit. Eh ketemu si mas itu. Mas Maikel dia merekomendasikan naiklah ke bukit sebelah sana. Manut saja kita akhirnya naik. Wuah saat diatas. Hum indahnya. Kayak di Korea. Padahal di Prau Dieng. Kita narsis pokoknya jeprat jepret sesaat aku teringat jaket pink akhirnya aku sendiri turun mu ambil jaket pinkku sekalian topinya Winning. Saat turun bisa barengan seseorang dan kenalan ternyata pendaki dari Jakarta. Akhirnya aku duluan dan hanya menyapa mereka. Ya setiap jalan berpapasan orang pendaki lain dan menyapa. Sudah menjadi tradisi ku dari kecil. Hem sampai ke tenda. Eh mas Maikel sama mas Bambang masak mie. Wah pada wanita masih pada tidur malahan. Sama main. 
Aku ajak lah mereka kebukit tadi. "Ya nanti mba kita susul" kata mas Maikel. Oke aku naik bukit tadi lagi sudah membawa jaket sama topi. Mendekati Winning. Saat kita selfi tak lama kemudian ada yang muncul naik bukit itu. Wkwkwk ternyata dia mas Maikel dan mas Bambang. "Nyusul beneran mereka" ucapku lalu ketawa bareng sama Winning. Sampai mereka didepan kita. "Nyusul beneran to"ucapku. " Iyalah kapan aku pernah bohong sama kamu"kata mas Maikel. Wah lengkap sudah kita malah jadi foto bareng 2 ber4. Asek. Cekrek. Cekrek. Jangan tanya yang fotoin siapa. Karena kan hp bisa ditaruh disela ranting pohon ahaha. Luar biasa aku seneng deh fotonya hasilnya bagus bagus. Apalagi yang ini. Mas Maikel disamping kiriku. Winning dikiriku dan mas Bambang dikirinya Winning. Satu bukit 2 pasangan. Ahahah apa loh.
Hem sudah akhirnya kita turun dari bukit itu. Menuju tenda dan ternyata disana sudah pada mau masak. 
Eh giliran aku dan Winning dateng malah langsung dipindah tangankan ke kita. Padahal tadinya tak kira mba Anin sama mba Yuliana mau bantuin juga eh mereka malah pergi. Alhasil cewek berdua dan cowok berbanyak yang masak. Aku cuma ngelupas wortel dan kawan2 sih. Bahan buat sop. Disitu perdebatan ku sama mas Maikel mulai lagi. Dia ngejek aku ga bisa masak. Alah emang iya sih. Tapi nyebelin cara ngejeknya. Huh. Disaat giliran goreng tempe tahu. Aku selalu dapet bagian awalnya. Mengiris bahan masak. Pokoknya aku sama Winning berkontribusi banget dah. Mba Anin Nanak nasi. Eh malah jadinya nasi aking. Ahahah keras. Mas Maikel jago goreng2. Mas Yasin ngrebus sop nya. Enak sih bumbunya sudah instan semua kok. Pokoknya yang bagian nepungin garemin dll akulah sama Winning yang mengatur. Macam leader chef gitu. Hehe.
Mba Yuliana ngeberesin yang didalam tenda. Seperti Sb dsb.  Tak lama kemudian makanan sudah ready semua. Kita melingkari makanan itu dan berdoa sebelum menyantap. Wah seru banget masa masa kayak gitu. Kebersamaan nya dapet banget. Ga nyesel pokoknya. Saling bergurau bercanda. Indahnya. Heem.
Sudah ada masanya kini kita mau turun dari gunung Prau. Namun sebelum itu kita menuju ke Tugunya buat foto bareng dan joget bareng ala ala. Turun. Yee sampai basecamp. Lanjut istirahat. Baru saja sampai udah ada saja si maikel. "Mas tri fotonen dia, ngko duduhke kancamu sek mirip ro iki" ucapan dia membuat ku bergeming.  Heh. "Iya, mirip loh sama kamu, le koplo barang podo wkwk" kata dia mengejekku. 
Ih kupukul lengan dia. Tik tik waktu berjalan masih saja ada perdebatan itu. Tidak bisa diceritakan semua. 
Apalagi mas Muzaki mas Yasin kek nya pada suka sama kumisku. Bahahahah. Emangnya aku punya kumis?.Ah ga pentiglah ya. Perjalanan yang penuh dengan tawa canda perjuangan kebersamaan jeritan juga. Wah semua rasa campur jadi satu. Aku bukan hanya capek muncak ke Prau. Tapi karena Prau menjadi saksi pertemuan aku dan kau. Akankah cerita aku dan kau bisa berlanjut? Kita tunggu hingga tiba pertemuan kedua.
Kuteringat cubitan itu saat mau pulang dan aku dijokiin sama orang lain. Kau sepertinya masih menjengkelkan mas Maikel. Tunggu ceritaku selanjutnya ya. Bersambung kok ini hehe. 
Walau simple bahasanya tapi ini kisah nyata kok. Rasa ditakutin, cemas, suka hehe. Bukan cerpen hanya coretan kecil dari ku.

- pena ana -

RAIN IN MERBABU

RAIN IN MERBABU by Siam Fitriana  " Aku tak pernah menyangka, kalau kamu sebaik itu denganku di saat aku hampir hilang keseimba...